Coretan

Cari Blog Ini

Sabtu, 25 Januari 2014

contoh pidato perwakilan siswa di acara Purna Siswa

Pidato mewakili siswa kelas IX dalam acara pelepasan siswa kelas IX


Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh
Yang terhormat, Bapak Muspika kec. Kedungadem. Yang kami hormati, Bapak Komite, Kepala SMPN 1 Kedungadem, Bapak/Ibu guru serta Bapak/Ibu wali murid kelas IX yang berbahagia. Teman – teman yang saya sayangi.
Puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT yang mana karena kuasanya, kita dapat berkumpul pada siang hari ini dalam rangka menghadiri acara pelepasan siswa kelas IX tahun ajaran 2013/2014. Sholawat serta salam tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW beserta keluarga, sahabat, serta para pengikutnya termasuk kita semua, Aamiin...
Saya mewakili siswa kelas IX akan menyampaikan beberapa hal,
Yang pertama, Ucapan terima kasih kepada Bapak/Ibu guru yang membimbing kami sampai saat ini kami bisa melewati serangkaian ujian  dengan baik. Tak lupa, kami mohon ma’af atas segala kesalahan kami baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Kami harap, Bapak/Ibu guru berkenan mema’afkan kesalahan – kesalahan kami. Kami juga mohon do’a dari bapak/ibu guru, karena disamping do’a orang tua dan kerja keras kami, kami tak akan berhasil tanpa do’a bapak/ibu guru.  Juga kepada bapak/ibu karyawan kami ucapkan terima kasih dan mohon ma’af atas semua kesalahan kami.
          Selanjutnya kepada adik – adik kelas VII dan VIII, ada beberapa pesan dari kami untuk kalian. Yang pertama, manfaatkanlah waktu kalian, jangan sampai kalian menyesal akhirnya. Kedua, Hormati bapak/ibu guru, yang nurut, jangan membantah. Ketiga, berlaku baik pada adik kelasnya. Dan yang terakhir, kalian harus lebih baik dari kakak – kakak, baik dari segi prestasi, akhlak, dan lainnya. Intinya, kalian harus belajar, belajar, dan belajar.
          Yang terakhir kepada teman – teman sekalian, perjuangan kita belum selesai sampai disini, teruskan perjuangan kita di sekolah lanjutan yang lebih tinggi. Jangan kecewakan orang tua dan bapak ibu guru. Dan satu lagi, semoga kita dapat saling mema’afkan atas segala kesalahan kita.
          Hanya itu sepatah dua patah kata yang saya sampaikan, Kurang lebihnya saya mohon ma’af.
Ihdinashiratalmustaqim..
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh..



Oleh :
                                                                                               Eka Suci Ramadhani

Kamis, 23 Januari 2014

Cerpen Pertama



Ma'af, Ibu


Jebret ! jam 06.00, “oh tidak.. aku telat”. Seperti tulah aku beberapa akhir ini, sering telat bangun. Biasanya sih ibuku yang bangunin, tapi akhir – akhir tidak pernah. Soalnya kita lagi bertengkar. Tak tahu apa sebabnya, tapi mungkin kami sama – sama terlalu capek pada kegiatan kami masing – masing.  Akhirnya masalah sepele, menjadi masalah besar.

Pernah suatu hari, aku disuruh ibu nyuci di mesin cuci. Karena selangnya lagi rusak, aku jadi harus memakai selang yang panjang, dan itu susahnya minta ampun. Waktu itu aku lagi capek, jadi aku mengeluh dan terus mengeluh disitu. Awalnya ibu masih diam, tapi akhirnya kesabaran ibu habis “Udah, nggak usah nyuci, emang kamu aja yang males, nggak mau gerak, dasar..!!” mendengar bentakan ibu itu, aku langsung lari ke kamar sambil menangis.

Ya begitulah, hanya karena masalah – masalah sepele, kami sering bertengkar. Lain lagi jika ada bapak dirumah, bapak sering membantu ibu, jadi ibu tidak terlalu capek. Tapi kali ini, bapak sedang berada diluar cukup lama, karena ada pekerjaan. Jadi, aku dan ibu harus lebih bekerja keras lagi. Mungkin karena faktor capek itulah, emosiku dan emosi ibuku jadi tidak stabil.

Suatu ketika, aku mendengar percakapan ibu dengan ibu – tetangga.”Cici lo, kemaren ujan – ujan tak suruh bangun, eh tiba – tiba langsung meluk aku” aku yang mendengar percakapan itu, langsung kaget. Sampai seperti itu rasa bersalahku kepada ibu, sampai masuk ke alam bawah sadarku. Memang sejak spontan aku memeluk ibu itu, aku sudah tidak marahan lagi sama ibu. Mungkin saat aku masih dalam keadaan belum sadar itu, aku jadi tidak malu untuk bilang “ma’af”.
Aku tetap bersyukur kepada Allah. Karena atas kejadian ini, aku lebih sayang kepada ibu, jika disuruh juga semakin nurut. Terima kasih Allah. Alhamdulillah


Karya : Eka Suci Ramadhani