Ma'af, Ibu
Jebret
! jam 06.00, “oh tidak.. aku telat”. Seperti tulah aku beberapa akhir ini,
sering telat bangun. Biasanya sih ibuku yang bangunin, tapi akhir – akhir tidak
pernah. Soalnya kita lagi bertengkar. Tak tahu apa sebabnya, tapi mungkin kami sama
– sama terlalu capek pada kegiatan kami masing – masing. Akhirnya masalah sepele, menjadi masalah
besar.
Pernah
suatu hari, aku disuruh ibu nyuci di mesin cuci. Karena selangnya lagi rusak,
aku jadi harus memakai selang yang panjang, dan itu susahnya minta ampun. Waktu
itu aku lagi capek, jadi aku mengeluh dan terus mengeluh disitu. Awalnya ibu
masih diam, tapi akhirnya kesabaran ibu habis “Udah, nggak usah nyuci, emang
kamu aja yang males, nggak mau gerak, dasar..!!” mendengar bentakan ibu itu,
aku langsung lari ke kamar sambil menangis.
Ya
begitulah, hanya karena masalah – masalah sepele, kami sering bertengkar. Lain
lagi jika ada bapak dirumah, bapak sering membantu ibu, jadi ibu tidak terlalu
capek. Tapi kali ini, bapak sedang berada diluar cukup lama, karena ada
pekerjaan. Jadi, aku dan ibu harus lebih bekerja keras lagi. Mungkin karena
faktor capek itulah, emosiku dan emosi ibuku jadi tidak stabil.
Suatu
ketika, aku mendengar percakapan ibu dengan ibu – tetangga.”Cici lo, kemaren
ujan – ujan tak suruh bangun, eh tiba – tiba langsung meluk aku” aku yang
mendengar percakapan itu, langsung kaget. Sampai seperti itu rasa bersalahku
kepada ibu, sampai masuk ke alam bawah sadarku. Memang sejak spontan aku
memeluk ibu itu, aku sudah tidak marahan lagi sama ibu. Mungkin saat aku masih
dalam keadaan belum sadar itu, aku jadi tidak malu untuk bilang “ma’af”.
Aku
tetap bersyukur kepada Allah. Karena atas kejadian ini, aku lebih sayang kepada
ibu, jika disuruh juga semakin nurut. Terima kasih Allah. Alhamdulillah
Karya
: Eka Suci Ramadhani
Tidak ada komentar:
Posting Komentar